Selasa, 29 Maret 2011

and the journey officially began..

I Was Born to Travel.

Tapi karena jalan-jalan merupakan hobby yang pretty expensive, dulu saya masih bergantung sama papah-mamah saya yang baik hati sekali mau mengajak saya jalan, misalnya ke: Australia menengok kakak saya yang memang sempat kuliah di sana dan ke London lagi-lagi untuk menghadiri wisuda kakak saya yang sempat berkuliah di Brighton University (photo 2 perjalanan ini menyusul karena waktu kesana belum jamannya kamera digital, jadi sayapun harus agak niat sedikit (menyuruh OB kantor saya) meng-scan foto-foto dsana.

Turning point dari kehidupan traveling saya adalah tahun 2009 disaat saya mulai bekerja sebagai karyawan kecil-kecilan di sebuah Advertising Agency lokal, nah berhubung gaji saya udah cukup buat jalan-jalan kecil-kecilan, berangkatlah saya ke destinasi "liburan biaya sendiri" perdana saya, yaitu di kampung halaman saya tercinta yang indah, Nangroe Aceh.

Berangkat naik burung besi dengan merek dagang Lion Air (far more cheaper than the steel bird called Garuda), saya dan kakak saya "cuss" ke Aceh. 2 Jam 45 menit kemudian kami pun sampai di rumah nenek kami di Aceh. Hari sudah mau petang, buru-burulah saya nimba air buat mandi (hampir semua rumah di Aceh punya sumur tradisional, karena air pam dsini "ngalir segan, netes tak mau")

Sumur di rumah nenek saya, dari kecil ini tempat hang-out favorit saya

Doorsmeer adalah cara masyarakat Aceh menyebut tempat cuci mobil/car wash (and please dont ask me why, cus i've no idea)

Lanjut.. selesai mandi, sepupu saya yg ganteng (Opan) dan cantik (Cia), menjemput saya, kakak saya, dan pacar kakak saya. Kami pun pergi ke kedai kopi yang melegenda. Kedai kopi bagi masyarakat Aceh adalah 1 tempat untuk segalanya, mulai dari buat ngeksis sampe bisnis, modal duit 3000 perak bisa duduk dan FREE WIFI-an semalaman!!! Kedai kopi ini pun dijamin ga pernah sepi selama 24 jam, omsetnya sebulan? Jangan ditanyaaaaa, starbucks (mulai dari rasanya sampe omsetnya) sih lewattttt!

Kedai Kopi Chek Yuke

Menu andalan kedai kopi yang manstabh banget, puding sarikaya dan roti kampung isi selai sarikaya.


Tapi ini dia tempat kopi yang wajib dikunjungin kalo mau dapet kopi Aceh yang lumayan otentik, namanya Solong, harganya tetep 3000/gelas, dan di sini juga jual kopi bubuk asli produksi sendiri. Temen saya sering nitip kopi Solong ini, kalo mau dibisnisin juga lumayan lho untungnya, sayang insting bisnis saya tumpul *sigh
Belah Duren Tengah Malam

Setelah puas dengan kopi Aceh, kami pun memutuskan untuk get drunk dengan cara yang berbeda, yaitu dengan pesta durian aceh, durian Aceh emang kecil2, tapi manisnyaaaaaaa!!!!



 
Sarapan favorit saya di pagi hari, Nasi Gurih dengan topping teri kacang dan dendeng manis aceh, nyems! Tiap ke aceh, tiap pagi pasti sarapan ini, tiap nyokap mudik, pasti minta dibawain ini.

Objek Wisata Wajib bagi yang belum pernah ke Aceh adalah: Masjid Raya Baiturrahman. Masjid megah yang cantik ini berlokasi di pusat kota Aceh.

Megah kan kan kan kan?

Interior dalam Masjid Raya Baiturrahman
Dan sekarang beberapa objek wisata alam yang bisa ditempuh dalam waktu kurang lebih 1 jam dari banda Aceh. Trip hari itu dimulai dengan kami pergi ke daerah tinggi dan diakhiri dengan wisata air di pantai favorit kami. Destinasi pertama kami adalah Grute (mungkin klo dsini kaya puncak pas kali ya), di kawasan Lamno, Aceh Jaya. Sepanjang jalan menuju Grute kami dipayungi oleh pohon durian dan pemandangan birunya laut di bawah kami yang airnya seakan-akan tumpah.

Ketika bersantai sambil menikmati pemandangan dan makan Indomie goreng khas Aceh di ketinggian Grute, tidak sengaja kami bertemu dengan seorang saudara kami, yang kebetulan memiliki kebun durian di sana, jadilah kami dihadiahi 12 atau selusin durian yang rasanyaaaa WAW! Kami hanya membuka 2 saja dari 12 durian yang diberikan, sisanya kami masukkan ke mobil untuk amunisi kami di saat mantay nanti.



Gunung yang dibelah untuk pembuatan jalan. Sponsored by USA

View bintang 5 di sepanjang perjalanan

Pemandangan sebuah pulau dari ketinggian Grute (konon katanya Korea kekeuh mau membeli pulau ini dan mendirikan resort bintang 5 dsitu :p)

Pantai Pasir Putih, pantai cantik ini baru aja ditemuin setelah Tsunami, jadi belum banyak orang yang kesana, airnya juga tenang dan jernih kaya kolam renang.

Pantai ini jadi pantai favoritnya Harsya (ponakan saya yang takut air) karena ngga ada ombaknya dan ada kolam kecil yang bisa buat dia kecipak-kecipuk :p

Perosotan alam, bikin si harsya makin yakin klo ini pantai favoritnya.



Bisa diliat muka panik ponakan saya disaat diajak nyemplung ke area dewasa dan usaha nek ayahnya (papah saya) yang berusaha mengalihkan ketakutannya, priceless.

Danau air asin dengan 3 gradasi warna ini juga merupakan view ketika menuju ke Grute.

Air terjun di kawasan Grute, sayang hari itu lagi ramai dengan akamsi (anak kampung situ) padahal kalo lagi ngga rame, cantik banget, kita bisa manjat ke batu situ dan loncat ke dalam yang katanya dalem banget, katanya sih 2x batang kelapa dalemnya..

Pantai Lhok Nga, kalau Anda pecinta sunset, silahkan tunggu sunset dsini, bulet-jingga-penuh kaya telor mata sapi yang sempurna. Waktu kecil jadi tempat favorit karena aman, area berenangnya di kelilingi karang, jadi ikan hiu ngga bisa masuk ke area kolam :p

Next day on our trip to Aceh, kami memutuskan untuk (akhirnya) menyebrang ke Sabang, dengan naik ferry kelas eksekutif (tema liburannya lagi ningrat) seharga Rp 75.000/orang, sebenernya naik yang kelas ekonomi seharga Rp 45.000 juga udah enak sih, secara ferry-nya bagus. Selain naik ferry cepat, ada juga ferry lambat yang biasanya dipakai untuk ngangkut mobil, biayanya sekitar Rp 100.000/mobil tapi waktu tempuhnya sekitar 3-4 jam :)


Ferry P. Rondho (Fast Ferry)

Ferry lambat untuk mengangkut mobil kami (abang saya memutuskan menyusul bawa mobil sendiri dan naik ferry ini)

Nah, ini dia mobil mewah yang dipinjamkan GRATIS untuk transportasi kami selama di Sabang, Alhamdulillah akhirnya naik Harrier juga :p.

Kilometer 0. Ujungnya Indonesia. Berarti kami tinggal ke ujung yang satunya di Merauke :p

Gapang Beach. Katanya sih used to be beautiful, tp rusak setelah Tsunami :(

Freddie's Cottage. Tempat kami bermalam untuk semalam.



American Breakfast. Mungkin karena yang biasanya datang adalah turin manca negara.

Hammock yang pewe tergantung di teras depan kamar kami, angin sepoi2 dan view pantai bikin tiduran di hammock ini jadi rebutan :p

Our Spacious Bedroom
Our Bedroom View. Pantai Sumur 3 yang cantik. Airnya jernih minta ampun, terumbu dan ikannya warna-i, visibility jauh ke depan, saya inget banget terpana waktu pertama kali sampai di sini.

Pada hari itu, kebetulan cuma kami doang tamu di cottage ini, YAY!!!




Dengan keindahan di atas, mungkin itulah yang bikin kak nanda (sekarang suaminya kakak saya) memutuskan untuk melamar kakak saya di pantai ini (awwww awwww awwwww, so romantic), call me lebay, tapi mata saya secara otomatis dan tanpa diminta berkaca-kaca menyaksikan moment ini, i'm sure they'll live happily ever after (well who doesn't kalo dilamarnya di tempat kaya gini sehhhh!!!)

My Sister is officially and romantically engage ^^


Million Dollar View yang selalu bikin temen saya (Ian) iri dan dengki.

Belanja oleh-oleh kerajinan Aceh sebelum kembali ke Jakarta yang tidak bisa santai sama sekali *sigh



-Life Isn't about waiting for the storm to pass, it's about learning to dance in the rain-

3 komentar:

  1. istriku dara aceh...,pingin rsasanya kami pulang ke kampung dan singgah ke Calang......Gruete dan pantai Lhok nga....coz, di Jakarta kami tdk bs mnemukan pantai seindah itu....

    BalasHapus
  2. suka dengan tulisan dan perjalanan ini...
    selain pernah ke Banda Aceh dan Sabang, juga suka dengan keindahan alam Indonesia...

    BalasHapus